REOG PONOROGO

ASSALAMU'ALLAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH SELAMAT DATANG REOG PONOROGO

Jumat, 15 Februari 2013

SEJARAH REOG PONOROGO

Sejarah Reog Ponorogo 300x230 Sejarah Reog Ponorogo
Sejarah Reog Ponorogo
http://guritimut.blogspot.com/-Sejarah Reog Ponorogo mungkin bagi sebagian orang belum mengetahui atau bahkan belum pernah melihat langsung pertunjukan reog ponorogo. Kebudayaan asli warisan leluhur Indonesia ini berasal dari Kabupaten Ponorogo Jawa Timur.
Reog Ponorogo yang kita kenal identik dengan kekuatan dunia hitam, preman ataupun kekerasan lainnya serta lepas pula dari dunia mistis ketimuran dan kekuatan supranatural. Salah satu pertunjukkan yang ada pada reog yakni mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat 50kg yang digigit sepanjang pertunjukan berlangsung.
Tak hanya itu seni reog ponorogo diiringi oleh beberapa gamelan seperti kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan lain sebagainya. Didalam reog ponorogo juga ada warok tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah anggota grup reog ponorogo sekitar 20-30an, sedangkan peran utama ada di warok dan pembarongnya.
Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah.
Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya.
Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri.
Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
Sejarah Reog Ponorogo 2 300x202 Sejarah Reog Ponorogo
Sejarah Reog Ponorogo
Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kimpoi. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak).
Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru.
Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo dan Sejarah Reog Ponorogo.


reog ponorogo adalah sebuah kesenian yang berasal dari daerah ponorogo, jawa timur. keberadaannya hanya muncul dalam acara hari keagamaan dan hajatan. ponorogo identik dengan reog. awal mula reog pun menurut sejarah diciptakan oleh ki ageng kutu unmenyindir bhre kertabumi, raja majapahit. yang takutdan tunduk pada selirnya. ada juga asal usulnya dihubung hubungkan dengan cerita panji, yaitu perkawinan antara putera dari kerajaan jenggala dan puteri dari kendiri. demikianlah akhirnya reog menjadi kesenian tradisional yang masih bertahan sampai saat ini di ponorogo. bahkan sudah meluas ke mancanegara.

perkembangan reog saat inipun juga mengalami perkembangan terutama dalam tatanan musik maupun tariannya. contohnya kenong dulu hanya dipakai satu saja tapi sekarang memakai dua kenong. iringan gamelannya pun berkembang. dan demikian gaya reog dinamakan sebagai gaya potrojayan.

warok ponorogo tidak bisa lepas dari reog ponorogo karena yang membuat reog ponorogo dahulunya adalah warok. apa kalian tau warok i



tu apa? warok adalah seseorang yang sudah banyak wewarah. dan reog tidak bisa lepas dari warok. kaduanya terkait erat satu sama lain. dan untuk menjadi seorang warok sangat berat karena syarat2nya pun sangat berat. dan seorang warok pun harus bisa memberi manfaat bagi siapapun.




festival reog biasa nya selalu dikunjungi oleh orang mancanegara. dan yang lebih membuat kaget banyak yang merekamnya untuk kenang kenangan karena sangat berkesan.
bagi orang ponorogo mungkin melihat reog biasa tapi sebetulnya pada saat pertunjukan reog dimulai hampir 80% masyarakat ponorogo berduyun duyun ke alun alun untuk melihat acara tahunan.

VIDIO REOG PONOROGO


REOG PONOROGO
REOG PONOROGO Tari KUCUNGAN Padhepokan Reog PONOROGO REOG PONOROGO ASAL
MULA REOG PONOROGO REOG PONOROGO Jaranan Senterewe PUTRO TARUNO Tulungagung.avi

Legenda REOG PONOROGO dan WAROK


Legenda REOG PONOROGO dan WAROK

reog151
Pertunjukan Reog Ponorogo © 2005 arie saksono

Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan dunia hitam, preman atau jagoan serta tak lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan supranatural. Reog mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat sekitar 50 kilogram dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang pertunjukan berlangsung. Instrumen pengiringnya, kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan terutama salompret, menyuarakan nada slendro dan pelog yang memunculkan atmosfir mistis, unik, eksotis serta membangkitkan semangat. Satu group Reog biasanya terdiri dari seorang Warok Tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-an orang, peran utama berada pada tangan warok dan pembarongnya.
reog241
Pembarong dengan Dadak Merak © 2005 arie saksono

Seorang pembarong, harus memiliki kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai kekuatan rahang yang baik, untuk menahan dengan gigitannya beban “Dadak Merak” yakni sebentuk kepala harimau dihiasi ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-an kilogram selama masa pertunjukan. Konon kekuatan gaib sering dipakai pembarong untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah satunya dengan cara memakai susuk, di leher pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak cukup hanya dengan tubuh yang kuat. Seorang pembarong pun harus dilengkapi dengan sesuatu yang disebut kalangan pembarong dengan wahyu yang diyakini para pembarong sebagai sesuatu yang amat penting dalam hidup mereka. Tanpa diberkati wahyu, tarian yang ditampilkan seorang pembarong tidak akan tampak luwes dan enak untuk ditonton. Namun demikian persepsi misitis pembarong kini digeser dan lebih banyak dilakukan dengan pendekatan rasional. Menurut seorang sesepuh Reog, Mbah Wo Kucing “Reog itu nggak perlu ndadi. Kalau ndadi itu ya namanya bukan reog, itu jathilan. Dalam reog, yang perlu kan keindahannya“.
Legenda Cerita Reog
Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah. Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya. Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.
Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri. Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
Reog mengacu pada beberapa babad, Salah satunya adalah babad Kelana Sewandana. Babad Klana Sewandana yang konon merupakan pakem asli seni pertunjukan reog. Mirip kisah Bandung Bondowoso dalam legenda Lara Jongrang, Babad Klono Sewondono juga berkisah tentang cinta seorang raja, Sewondono dari Kerajaan Jenggala, yang hampir ditolak oleh Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri. Sang putri meminta Sewondono untuk memboyong seluruh isi hutan ke istana sebagai mas kawin. Demi memenuhi permintaan sang putri, Sewandono harus mengalahkan penunggu hutan, Singa Barong (dadak merak). Namun hal tersebut tentu saja tidak mudah. Para warok, prajurit, dan patih dari Jenggala pun menjadi korban. Bersenjatakan cemeti pusaka Samandiman, Sewondono turun sendiri ke gelanggang dan mengalahkan Singobarong. Pertunjukan reog digambarkan dengan tarian para prajurit yang tak cuma didominasi para pria tetapi juga wanita, gerak bringasan para warok, serta gagah dan gebyar kostum Sewandana, sang raja pencari cinta.
Versi lain dalam Reog Ponorogo mengambil kisah Panji. Ceritanya berkisar tentang perjalanan Prabu Kelana Sewandana mencari gadis pujaannya, ditemani prajurit berkuda dan patihnya yang setia, Pujangganong. Ketika pilihan sang prabu jatuh pada putri Kediri, Dewi Sanggalangit, sang dewi memberi syarat bahwa ia akan menerima cintanya apabila sang prabu bersedia menciptakan sebuah kesenian baru. Dari situ terciptalah Reog Ponorogo. Huruf-huruf reyog mewakili sebuah huruf depan kata-kata dalam tembang macapat Pocung yang berbunyi: Rasa kidung/ Ingwang sukma adiluhung/ Yang Widhi/ Olah kridaning Gusti/ Gelar gulung kersaning Kang Maha Kuasa. Unsur mistis merupakan kekuatan spiritual yang memberikan nafas pada kesenian Reog Ponorogo.
Warok
Warok sampai sekarang masih mendapat tempat sebagai sesepuh di masyarakatnya. Kedekatannya dengan dunia spiritual sering membuat seorang warok dimintai nasehatnya atas sebagai pegangan spiritual ataupun ketentraman hidup. Seorang warok konon harus menguasai apa yang disebut Reh Kamusankan Sejati, jalan kemanusiaan yang sejati.
reog231
Warok dalam pertunjukan Reog Ponorogo © 2005 arie saksono
Warok adalah pasukan yang bersandar pada kebenaran dalam pertarungan antara kebaikan dan kejahatan dalam cerita kesenian reog. Warok Tua adalah tokoh pengayom, sedangkan Warok Muda adalah warok yang masih dalam taraf menuntut ilmu. Hingga saat ini, Warok dipersepsikan sebagai tokoh yang pemerannya harus memiliki kekuatan gaib tertentu. Bahkan tidak sedikit cerita buruk seputar kehidupan warok. Warok adalah sosok dengan stereotip: memakai kolor, berpakaian hitam-hitam, memiliki kesaktian dan gemblakan.Menurut sesepuh warok, Kasni Gunopati atau yang dikenal Mbah Wo Kucing, warok bukanlah seorang yang takabur karena kekuatan yang dimilikinya. Warok adalah orang yang mempunyai tekad suci, siap memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. “Warok itu berasal dari kata wewarah. Warok adalah wong kang sugih wewarah. Artinya, seseorang menjadi warok karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup yang baik”.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa” (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).
Syarat menjadi Warok
Warok harus menjalankan laku. “Syaratnya, tubuh harus bersih karena akan diisi. Warok harus bisa mengekang segala hawa nafsu, menahan lapar dan haus, juga tidak bersentuhan dengan perempuan. Persyaratan lainnya, seorang calon warok harus menyediakan seekor ayam jago, kain mori 2,5 meter, tikar pandan, dan selamatan bersama. Setelah itu, calon warok akan ditempa dengan berbagai ilmu kanuragan dan ilmu kebatinan. Setelah dinyatakan menguasai ilmu tersebut, ia lalu dikukuhkan menjadi seorang warok sejati. Ia memperoleh senjata yang disebut kolor wasiat, serupa tali panjang berwarna putih, senjata andalan para warok. Warok sejati pada masa sekarang hanya menjadi legenda yang tersisa. Beberapa kelompok warok di daerah-daerah tertentu masih ada yang memegang teguh budaya mereka dan masih dipandang sebagai seseorang yang dituakan dan disegani, bahkan kadang para pejabat pemerintah selalu meminta restunya.
Gemblakan
Selain segala persyaratan yang harus dijalani oleh para warok tersebut, selanjutnya muncul disebut dengan Gemblakan. Dahulu warok dikenal mempunyai banyak gemblak, yaitu lelaki belasan tahun usia 12-15 tahun berparas tampan dan terawat yang dipelihara sebagai kelangenan, yang kadang lebih disayangi ketimbang istri dan anaknya. Memelihara gemblak adalah tradisi yang telah berakar kuat pada komunitas seniman reog. Bagi seorang warok hal tersebut adalah hal yang wajar dan diterima masyarakat. Konon sesama warok pernah beradu kesaktian untuk memperebutkan seorang gemblak idaman dan selain itu kadang terjadi pinjam meminjam gemblak. Biaya yang dikeluarkan warok untuk seorang gemblak tidak murah. Bila gemblak bersekolah maka warok yang memeliharanya harus membiayai keperluan sekolahnya di samping memberinya makan dan tempat tinggal. Sedangkan jika gemblak tidak bersekolah maka setiap tahun warok memberikannya seekor sapi. Dalam tradisi yang dibawa oleh Ki Ageng Suryongalam, kesaktian bisa diperoleh bila seorang warok rela tidak berhubungan seksual dengan perempuan. Hal itu konon merupakan sebuah keharusan yang berasal dari perintah sang guru untuk memperoleh kesaktian.
Kewajiban setiap warok untuk memelihara gemblak dipercaya agar bisa mempertahankan kesaktiannya. Selain itu ada kepercayaan kuat di kalangan warok, hubungan intim dengan perempuan biarpun dengan istri sendiri, bisa melunturkan seluruh kesaktian warok. Saling mengasihi, menyayangi dan berusaha menyenangkan merupakan ciri khas hubungan khusus antara gemblak dan waroknya. Praktik gemblakan di kalangan warok, diidentifikasi sebagai praktik homoseksual karena warok tak boleh mengumbar hawa nafsu kepada perempuan.
Saat ini memang sudah terjadi pergeseran dalam hubungannya dengan gemblakan. Di masa sekarang gemblak sulit ditemui. Tradisi memelihara gemblak, kini semakin luntur. Gemblak yang dahulu biasa berperan sebagai penari jatilan (kuda lumping), kini perannya digantikan oleh remaja putri. Padahal dahulu kesenian ini ditampilkan tanpa seorang wanita pun.
Reog di masa sekarang
Seniman Reog Ponorogo lulusan sekolah-sekolah seni turut memberikan sentuhan pada perkembangan tari reog ponorogo. Mahasiswa sekolah seni memperkenalkan estetika seni panggung dan gerakan-gerakan koreografis, maka jadilah reog ponorogo dengan format festival seperti sekarang. Ada alur cerita, urut-urutan siapa yang tampil lebih dulu, yaitu Warok, kemudian jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana, barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Saat salah satu unsur tersebut beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol. Beberapa tahun yang lalu Yayasan Reog Ponorogo memprakarsai berdirinya Paguyuban Reog Nusantara yang anggotanya terdiri atas grup-grup reog dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ambil bagian dalam Festival Reog Nasional. Reog ponorogo menjadi sangat terbuka akan pengayaan dan perubahan ragam geraknya.
A

Naskah Drama Cinderella





  1. Naskah Drama Cinderella

    Dialog
    Di istana
    1.    Pangeran : pengawal, tolong kau sebarkan berita kpd para warga bahwa nanti malam di istana akan mengadakan pesta
    2.    Pengawal : baik pangeran, berita ini akan segera saya sampaikan kepada warga
    Di tempat perkumulan warga
    (lalu pengawal pangeran pergi ke tempat perkumpulan para warga)
    3.    Pengawal : baik semuanya harap tenang, sebentar lagi raja dan ratu akan mengumumkan sesuatu kpd kalian
    (tak lama kemudian raja dan ratu pun datang, para warga langsung terdiam)
    4.    Raja : saya mewakili atas nama besar keluarga istana bahwa nanti malam di istana akan mengadakan pesta, pesta ini di adakan untuk mencari calon permaisuri bagi pangeran, jadi diharapkan semua warga bisa menghadiri pesta ini
    (sambil berbincang2, warga merasa senang karena pesta tsb di adakan untuk mencari calon permaisuri bagi pangeran)
    5.    Ratu : baik semuanya, sekali lagi pesta ini hanya untuk di hadiri para gadis dan semua warga istana, atas perhatian dan antusiasnya saya ucapkan terima kasih
    (raja dan ratu pun pergi namun di tempat itu masih ramai oleh para warga)
    Di istana
    6.    Pangeran : bagaimana pengawal ??? apakah berita itu sudah di sampaikan ???
    7.    Pengawal : sudah pangeran, nampaknya mereka semua merasa senang dgn adanya pesta ini
    8.    Pangeran : baik kalau begitu, mudah2.an bisa berjalan lancar
    9.    Pengawal : tentu pangeran
    Di rumah cinderela
    10.           Ibu tiri : waduuuhh anak2 ku tersayang nanti malam di istana akan mengadakan pesta buat sang pangeran, mamah yakin anak2 ku yang cantik dan jelita ini pasti bisa menang dalam pesta itu
    11.           Kakak tiri : pastinya mah, aku pasti bisa menang dan bahkan bisa mengalahkan adik ku sendiri
    12.           Adik tiri : enak aja, kakak yang kalah justru aku yang menang, aku kan lebih cantik dari pada kakak
    13.           Kakak tiri : apaaa ??? kamu lebih cantik dari kakak ??? ga salah ngomong tuh ???
    14.           Ibu tiri : sudah, sudah, kalian berdua pasti bisa menang ko, kan kalian tuh cantik2 dan manis2 (kemudian cinderela datang dan bertanya)
    15.           Cinderela : kapan mah pestanya ?? aku juga mau ikut
    16.           Ibu tiri : TIDAK BISA, kamu diam di rumah mendingan beres2 rumah, kamu tuh jelek dan ga pantes ada di pesta itu
    17.           kakak tiri : betul mah, lu tuh jelek, yang ada nanti lu malah ngrusakin acaranya, lagian emang lu punya bajunya ??
    18.           Cinderela : bajunya aku punya kak, kalau ga percaya nanti aku ambil dulu bajunya (cinderela mengambil bajunya)
    19.           Cinderela : neh mah bajunya, aku punya kan ??
    20.           Adik tiri : sini aku lihat (sambil merampas baju cinderela)
    Baju apaan ini ?? udah jelek, kotor lagi, mending aku robek2 aja deh
    21.           Cinderela : jangan… itu baju satu2’a peninggalan dari ibu aku, jadi jangan di robek (sambil memohon2)
    22.           Ibu tiri : sudah sini biar mamah yang megang dan merobeknya
    23.           Cinderela : mah jangaannn… :’(
    24.           Ibu tiri : baju jelek kaya gini lebih baik di buang aja ke tong sampah (sambil merobek baju itu)
    25.           Cinderela : mamah, kakak, dan adik jahat :’( itu kan baju aku (sambil menangis)
    26.           Kakak tiri : hahaa makan tuh baju, sudah sana jangan nangis, dasar cengeng lu, mending sana nyuci baju dan nyapu, itu lebih pantes buat lu
    27.           Adik tiri : benar ka, udah yuk ka kita ganti baju aja, siap2 buat ke pesta, kita kan bakalan menang
    (ibu, kakak, dan adik tiri cinderela pun pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian namun cinderela menangis sambil memegang baju yang sudah di robek2 oleh sodara tirinya)
    (setelah beberapa jam kemudian, sodara tiri cinderela sudah siap untuk berangkat ke pesta itu)
    28.           Ibu tiri : cinderela sini kamu
    29.           Cinderela : apa mah ?? :’(
    30.           Ibu tiri : jaga ini rumah, awas aja kalau sampai ada yang hilang dan jangan lupa cucikan baju kami yang ada di belakang dan ingat jangan kemana2 sebelum kami pulang dari pesta
    31.           Cinderela : baik mah :’(
    #play lagu Afgan “sadis”
    (mereka pergi ke pesta dan cinderela tetap di rumah untuk menuruti omongan dari ibu tirinya)
    32.           Cinderela : ya tuhan kenapa nasib ku seperti ini ?? aku ingin ikut ke pesta tapi baju ku di robek2 sama saudara tiri ku (menangis)
    (tak lama kemudian, datang sinar cahaya yang jatuh tepat di depan cinderela, cinderela pun kaget dengan adanya sinar itu, nampaknya itu adalah ibu peri)
    33.           Cinderela : siapa kamu ?? (sambil menghapus air matanya)
    34.           Ibu peri : jangan takut anak ku, saya ibu peri yang mau menolong mu, nampaknya kamu sedang sedih, kenapa ???
    35.           Cinderela : iya aku sedih, soalnya aku ingin pergi ke pesta tapi saudara tiri ku tidak mengizinkan aku pergi ke sana dan mereka juga merobek baju aku :’(
    36.           Ibu peri : sudah jangan sedih, hapus air mata mu, ibu peri akan menolong mu, dan merubah mu menjadi cantik dengan pakaian yang kamu kenakan untuk ke pesta itu
    37.           Cinderela : yang benar bu ???
    38.           Ibu peri : Iya, coba sekaranga kamu pejamkan kedua bola mata mu dan jangan di buka sebelum ibu peri menyuruhnya
    39.           Cinderela : (dengan senangnya, ia langsung menuruti omongan dari ibu peri) baik bu J
    40.           Ibu peri : bim sala bim abrakadabra (sambil menggoyangkan tongkatnya)
    41.           Ibu peri : baik sekarang coba kamu buka mata kamu, dan lihat lah diri mu pada kaca ini
    42.           Cinderela : (membuka matanya) loh ko, aku jadi ada kumisnya ??? L ibu peri bohong
    43.           Ibu peri : hehee maaf cinderela ada kesalahan teknis J (sambil tersipu malu)
    44.           Ibu peri : ya sudah pejamkan lagi kedua mata kamu_ bim sala bim abrakadabra, berubahlah jadi seorang putri yang cantik jelita (sambil menggoyangkan tongkatnya) 
    45.           Cinderela : sudah kan bu (sambil membuka matanya)
    Ya tuhan bu peri aku cantik sekali, terima kasih banyak ya bu J
    46.           Ibu peri : iya sama2, tapi 1 pesan dari ibu, tolong kamu pulang dari pesta itu jangan terlalu malam, soalnya tepat pukul 12 malam semua keajaiban yang kamu kenakan akan hilang, jadi pulanglah sebelum jam 12 malam ya nak
    47.           Cinderela : baik bu peri, aku akan menurutinya sekali lagi terima kasih banyak bu peri
    48.           Ibu peri : ya sudah sana kamu ke istana, takut keburu malam
    49.           Cinderela : baik bu J
    (ibu peri menghilang dan cinderela pun pergi ke istana)
    (sesampainya di istana, cinderela pun menjadi sorotan para tamu yang sudah datang, mereka nampak heran dengan datangnya cinderela yang begitu cantik jelita)
    Di istana
    (para tamu bertanya2 kepada teman dekatnya, menanyakan siapakah si wanita cantik jelita itu, termasuk pangeran dan saudara tirinya )
    50.           Rita : siapa ya wanita cantik itu ???
    51.           Nindi : iya yah dia sangat cantik sekali
    52.           Marsyah : betul bgt, dia sangat sempurna tapi aku tidak tahu namanya..
    #play lagu Radja band “cinderela”
    (pangeran menghampiri cinderela, sambil terkesan heran)
    53.           Pangeran : siapa nama mu ??
    54.           Cinderela : aku cinderela
    55.           Pangeran : maukah kau berdansa dengan ku ??
    56.           Cinderela : hmmmmmmzz… boleh J
    (mereka berdua berdansa dan nampaknya saudara tiri cinderela merasa iri karena kecantikan cinderela di malam itu)
    57.           Pangeran : kamu tinggal dimana ??? kau begitu cantik di malam ini
    58.           Cinderela : (hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan dari pangeran)
    (tidak terasa hari semakin malam dan cinderela pun harus pergi dari pesta itu, jam sudah menunjukan pukul 12 malam dan bel berbunyi 3kali “ding dong 3x”
    (cinderela yang mendengar bel tersebut langsung merespon dengan kagetnya dan dia langsung berlari keluar untuk meninggalkan istana, namun sepatu yang di kenakan cinderella terlepas dan ia tidak sempat mengambilnya, pangeran yang juga ikut berlari mengejar cinderela dia hanya bisa melihat cinderela pergi dan mengambil sepatu yang di tinggalkan cinderela)
    59.           Pangeran : tunggu… ini sepatu mu
    60.           Cinderela : (hanya menengok dan tetap meninggal kan sepatunya)
    (pengawal pun datang dan bertanya kpd pangeran)
    61.           Pengawal : kenapa dia pergi ???
    62.           Pangeran : aku tidak tahu, tapi biarkan lah nanti besok kita cari si cewe tsb
    63.           Pengawal : baik pangeran
    (keesokan harinya, pangeran dan pengawal mencari cinderela dan mereka juga membawa sepatu yang di tinggalkannya dan mereka bertanya2 kpd warga setempat)
    64.           Pangeran : kemana lagi kita harus mencari dia, sampai saat ini kita belum menemukannya
    65.           Pengawal : lebih baik kita adakan saimbara, semua wanita di kampung ini kita kumpulkan dan mereka harus mencoba sepatu ini, bilamana ada yang cocok maka wanita tsb lah yang menjadi permaisuri pangeran
    66.           Pangeran : baiklah, secepatnya kita kumpulkan mereka
    (pengawal pun langsung mengumumkan usulnya tsb kpd para warga dan warga pun tidak lama kemudian berkumpul di depan istana)
    67.           Pangeran : semuanya di harap tenang, sekarang satu per satu maju kedepan untuk mencoba sepatu ini dan tunjukan pasangan sepatu ini
    (satu per satu pun warga mengantri untuk mencoba sepatu itu, namun tidak ada yang cocok, tapi tidak beberapa lama, datanglah seorang wanita dia adalah cinderela, semua warga langsung terpanah pada cinderela)
    68.           Cinderela : bolehkah saya mencoba sepatu ini ???
    69.           Pangeran : boleh, silahkan coba saja

Rabu, 13 Februari 2013

PENGERTIAN RESENSI

Pengertian Resensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Resensi adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku (majalah itu memuat), (buku-buku yang baru terbit).

Secara etimologi, "Resensi" berasal dari bahasa Latin, dari kata kerja “revidere” atau “recensere” yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai, mengulas sebuah buku.

Berikut ini Definisi, Arti dan Pengertian Resensi Menurut Beberapa Para Ahli
WJS. Poerwadarminta (dalam Romli, 2003:75) mengemukakan bahwa resensi secara bahasa sebagai pertimbangan atau perbincangan tentang sebuah buku yang menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, menarik-tidaknya tema dan isi buku, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli. Perbincangan buku tersebut dimuat di surat kabar atau majalah.

Resensi menurut Panuti Sudjiman (1984) adalah hasil pembahasan dan penilaian yang pendek tentang suatu karya tulis. Konteks ini memberi arti penilaian, mengungkap secara sekilas, membahas, atau mengkritik buku.

Saryono (1997:56) menjelaskan Pengertian Resensi sebagai sebuah tulisan berupa esai dan bukan merupakan bagian suatu ulasan yang lebih besar mengenai sebuah buku. Isinya adalah laporan, ulasan, dan pertimbangan baik-buruknya, kuat-lemahnya, bermanfaat-tidaknya , benar-salahnya, argumentatif- tidaknya buku tersebut. Tulisan tersebut didukung dengan ilustrasi buku yang diresensi, baik berupa foto buku atau foto copi sampul buku    Resensi /résénsi/ n menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku:
Sedangkan kata "mengulas" v itu sendiri mempunyai arti memberkan penjelasan dan komentar; menafsirkan (penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki) dan kata "ulasan" n mempunyai arti kupasan; tafsiran; komentar: 



Resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere. Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang sama, yakni mengulas buku.

Tindakan meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku, membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas

Secara singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.


Lebih detil lagi, tujuan resensi adalah:
Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah buku itu pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Setelah mengetahui definisi serta tujuan dari resensi yang dibuat oleh resentator, kira-kira unsur apa saja yang terkandung di dalam sebuah resensi?



Daniel Samad (1997: 7-8) menyebutkan unsur-unsur resensi adalah sebagai berikut:



  •  Membuat judul resensi

Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidakharus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.


  •  Menyusun data buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
- Judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan judul aslinya.);
- Pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- Penerbit;
- Tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
- Tebal buku;
- Harga buku (jika diperlukan).


  •  Membuat pembukaan

- Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut ini:
- Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi apa saja yang diperoleh;
- Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- Memaparkan keunikan buku;
- Merumuskan tema buku;
- Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- Mengungkapkan kesan terhadap buku;
- Memperkenalkan penerbit;
- Mengajukan pertanyaan;
- Membuka dialog.


  •  Tubuh atau isi pernyataan resensi buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.


  • Penutup resensi buku

Bagian penutup, biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.




Terakhir, bagaimana cara membuat resensi itu sendiri? Bagaimana langkah-langkah di dalam membuat resensi yang baik?

Ketika melakukan kegiatan meresensi, hendaklah perhatikan langkah-langkah meresensi buku sebagai berikut.
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi,mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi buku,siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis, hingga mengapa ia menulis buku itu. Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, atau sastra.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.

  • Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
  • Isi pernyataan; bagaimana bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya, bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata, terutama untuk buku ilmiah.
  • Aspek teknis; bagaimana tata letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah cetak atau tidak). 



Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis, mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya

PENGERTIAN LAPORAN

PENGERTIAN LAPORAN

A.PENGERTIAN LAPORAN Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan yang terjalin baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban akan terlaksana secara effektif dan efisien dalam organisasi. Pengertian laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan. Dalam pembuatan suatu laporan formal, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik, jelas dan teratur. Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu mempergunakan gaya bahasa yang penuh hiasan, melainkan dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan kalimat lain. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali penggunaan kata ”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas. B.DASAR-DASAR LAPORAN a.Pemberi Laporan Pertama-tama, laporan melibatkan orang atau pihak yang memberi laporan. Pemberilaporan dapat berupa perseorangan, sebuah panitia yang ditugaskan untuk maksudtertentu. Laporan dapat pula dibuat oleh perorangan atau badan kepada seseorangatau instansi yang dianggap perlu mengetahuinya walaupun tidak diminta.Contohnya : seorang mahasiswa ditugaskan oleh dosennya untuk meneliti suatuobyek tertentu. b.Penerima Laporan Penerima laporan adalah orang atau badan yang menugaskan, atau orang atau badanyang dianggap perlu mendapatkan laporan. c.Tujuan Laporan Tujuan laporan pada umumnya berkisar pada hal-hal berikut : untuk mengatasi suatumasalah, untuk mengambil suatu keputusan yang lebih efektif, mengetahuikemajuan dan perkembangan suatu masalah, untuk mengadakan pengawasan dan perbaikan, untuk menemukan teknik-teknik baru, dan sebagainya.Pembuat laporan harus memperhatikan sungguh-sungguh tujuan laporan, sehingga pengarahan, ilustrasi, dan perincian diarahkan secara tepat kepada tujuan terakhir dari laporan tersebut. C.STRUKTUR / SISTEMATIKA LAPORAN a)Halaman Judul Halaman judul, memuat pokok atau topic laporan, orang atau badan yang akanmenerima laporan, orang atau badan yang membuat laporan dan penanggalanlaporan. Halaman judul hanya merupakan suatu label, sebuah etiket pengenal,sehingga gunakan judul yang pendek agar tidak mengaburkan pokok persoalan yangakan dilaporkan. b)Surat Penyerahan Surat penyerahan berfungsi sebagai kata pengantar pada sebuah buku, sifat dan panjangnya berbeda-beda sesuai dengan tujuan dan sifat topiknya. Surat penyerahanmengandung fakta yang minimal diperlukan untuk membangkitkan perhatian pembaca terhadap laporan itu. Surat penyerahan merupakan suatu bentuk komunikasi yang sangat bersifat pribadi dari penulis kepada penerima laporan maka penulis dapat mempergunakannya untuk menyampaikan ucapan terima kasihnyakepada badan atau perorangan yang telah membantu dan dipakai juga untuk menyatakan harapannya tentang bermanfaatnya laporan itu. c)Daftar Isi Daftar isi memuat rekapitulasi dari semua judul yang ada dalam laporan itu,sehingga para pembaca atau penerima laporan dapat segera mengetahui apa isilaporan itu. d)Ikhtisar dan Abstrak i.Abstrak (Abstract) Abstrak adalah suatu bagian uraian yang sangat singkat, jarang lebih panjangdari enam atau delapan baris, bertujuan untuk menerangkan kepada pembaca- pembaca aspek-aspek mana yang tercakup dalam sebuah uraian tanpa berusahamengatakan apa yang dibicarakan mengenai aspek-aspek itu. Abstrak Deskriptif dipakai dengan pengertian yang sama seperti dikemukakan di atas.Sebaliknya Abstrak Informatif dipaki dengan pengertian yang sama sepertiikhtisar. Abstrak hanya mengandung topik persoalan. ii.Ikhtisar (Summary) Ikhtisar merupakan suatu bagian dari tulisan yang menyampaikan suatuinformasi yang penting dari sebuah laporan dalam bentuk yang sangat singkat.Ikhtisar mengandung topik persoalan dan tujuan yang akan dicapai melaluitopik tadi. Kesingkatan yang merupakan cirri dari sebuah ikhtisar dibuat denganmeninggalkan pendahuluan, perincian, contoh ilustratif, dan lain-lain, kecualigagasan-gagasan utama. e)Pendahuluan Karena laporan merupakan sebuah dokumen yang akan disimpan dan berguna padamasa-masa mendatang, maka semua hal-ikhwal atau latar belakang yang mempunyaisangkut-paut dengan isi laporan harus dikemukakan pula secara jelas. Sebagai bahanuntuk menyusun Pendahuluan sebuah laporan atau unsur yang dianggap sebagailatar belakang dari masalah yang akan dilaporkan dapat dikemukakan beberapa hal berikut: tujuan laporan; mengapa sebuah laporan itu ditulis; siapa yang menyuruhatau memerintahkan membuat laporan itu; siapa saja yang ditugaskan untuk menyelidiki masalah tersebut dan melaporkannya; wilayah-wilayah mana saja yangtercakup; kapan tugas itu dilaksanakan dan kapan berakhir; dan dimana serta bagaimana penulis laporan mendapatkan informasi mengenai masalah tersebut. f)Isi Laporan Isi laporan menyangkut inti persoalan dan segala sesuatu yang bertalian langsungdengan persoalan tersebut. Isi laporan meliputi: hasil pengamatan mengenai fakta-fakta yang dilaporkan, pencocokan fakta dengan data yang telah ada sebelum satuantugas melaksanakan kewajibannya, semua masalah yang diperkirakan akan membantuatau menghambat pemecahan masalahnya, pembahasan dan hasil pembahasanmengenai pokok persoalan yang akan dilaporkan.Agar isi laporan dapat mencapai sasaran dan tidak ada hal-hal yang dilupakan,sebaiknya penulis laporan membuat suatu rencana (kerangka) yang jelas dan logisserta terarah. Fakta-fakta yang diajukan hendaknya dapat dipercaya, obyektif, jelas,lengkap, dan selalu diarahkan kepada tujuan yang akan dicapai. g)Kesimpulan dan Saran Kesimpulan diturunkan dari fakta-fakta, dan lebih banyak mempersoalkan hubungan-hubungan logis, sedangkan Saran merupakan langkah atau alternatif-alternatif manayang dapat diambil supaya masalah itu dapat diatasi sebaik-baiknya. Dengandemikian saran-saran banyak atau sedikit dipengaruhi oleh sentuhan-sentuhanemosional. Bentuk kesimpulan tergantung dari isi laporan serta urutan penyajiannya. h)Bagian Pelengkap Bagian pelengkap dalam sebuah laporan adalah apendiks (lampiran-lampiran,termasuk di sini Surat Perintah atau Surat Tugas bagi orang yang membuat laporanitu, foto-foto, peta) dan bibliografi bila laporan itu dikaitkan dengan analisa ilmiahyang mempergunakan bahan-bahan pustaka. D.CONTOH LAPORAN RESMI Analisis Bahasa Baku dan Non Baku dalam Bahasa Indonesia PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu alat untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Dengan adanya bahasa kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku. Hal ini terjadi salah satu penyebabnya adalah faktor lingkungan. Faktor ini mengakibatkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan di daerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia. Saat kita mempergunakan bahasa Indonesia perlu diperhatikan dan kesempatan. Misalnya kapan kita mempunyai ragam bahasa baku dipakai apabila pada situasi resmi, ilmiah. Tetapi ragam bahasa non baku dipakai pada situasi santai dengan keluarga, teman dan di pasar, tulisan pribadi, buku harian. Ragam bahasa non baku sama dengan bahasa tutur, yaitu bahasa yang dipakai dalam pergaulan sehari-hari terutama dalam percakapan. Bahasa tutur mempunyai sifat khas yaitu: Bentuk kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak menggunakan kata penghubung Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai sehari-hari. Contoh: bilang, buku, pergi, biarin. Di dalam bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami bahasa tutur. CIRI-CIRI BAHASA BAKU Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa ini lazim digunakan dalam: Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi dan sebagainya. Wacan teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya. Pembicaran dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan. Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: Penggunaan Kaidah Tata Bahasa Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara eksplisit dan konsisten. Misalnya: Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara eksplisit dan konsisten. Misalnya Bahasa baku: - Gubernur meninjau daerah kebakaran - Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis Pemakaian kata penghubung bahwa ada karena dalam kalimat majemuk secara eksplisit. Misalnya: Bahasa baku - Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos - Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos. Pemakaian pola frase untuk predikat; aspek + pelaku + kata kerja secara konsisten. Misalnya; Bahasa baku - Surat anda sudah saya terima - Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan. Bahasa tidak baku - Surat anda saya sudah terima - Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan. Pemakaian konstruksi sintesis. Misalnya: Bahasa bakU - Cantik sekali - Lurus saja - Masih kacau - Uang - Tidak mudah - Diikat dengan kawat - Bagaimana kabarnya Bahasa tidak baku - Cantik banget - Lempeng saja - Masih sembratu - Duit - Enggak gampang - Diikat sama kawat - Gimana kabarnya Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsur gramatikal bahasa daerah. Misalnya: Bahasa baku - Dia mengontrak rumah di Kebayoran lama - Mobil paman saya baru Bahasa tidak baku - Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama - Paman saya mobilnya baru. Penggunaan kata-kata baku Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaannya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan-pertimbangan khusus. Misalnya: Bahasa baku - Cantik sekali - Lurus saja - Masih kacau - Uang - Tidak mudah - Diikat dengan kawat - Bagaimana kabarnya Bahasa tidak baku - Cantik banget - Lempeng saja - Masih sembratu - Duit - Enggak gampang - Diikat sama kawat - Gimana kabarnya Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya: Bahasa baku - Bersama-sama - Melipatgandakan - Pergi ke pasar - Ekspres - Sistem Bahasa tidak baku - Bersama-sama - Melipat gandakan - Pergi ke pasar - Ekspres, espres - Sistem Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang besar dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah Bahasa baku - Atap - Menggunakan - Pendidikan - Kalaw - Habis - Dengan - Subuh - Senin - Mantap - Pergi - Hilang - Dalam Bahasa tidak baku - Atep - Menggaken - Pendidikan - Kalo,kalo’ - Abis - Dengen - Sebueh - Senen - Mantep - Pigi - Ilang - Dalem Penggunaan Kalimat Secara Efektif Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang dimaksud pembicara atau penulis. Keefektifan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan: Susunan kalimat menurut aturan tata bahasa yang benar, misalnya; Bahasa baku - Pulau Buton banyak menghasilkan aspal - Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa tidak aman. Bahasa tidak baku - Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal - Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis didalam kalimat. Misalnya: Bahasa baku - Dia datang ketika kami sedang makan - Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang. Bahasa tidak baku - Ketika kami sedang makan dia datang - Loket belum dibuka dan hari tidak hujan. Penggunaan kata secara tepat dan efisien. Misalnya: Bahasa baku - Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah - Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras Bahasa tidak baku - Korban kecelakaan bulan ini naik - Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras Penggunaan pariasi kalmat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin ditonjolkan, misalnya: Kalimat biasa - Dia pergi dengan diam-diam - Dengan pisau dikupasnya mangga itu Kalimat bertekanan - Dengan pisau dikupasnya mangga itu Kalimat bertekanan - Pergilah daia dengan diam-diam KESIMPULAN Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminya daya nalar yang tinggi. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seorang akan menaikkan prestasinya. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal, E. 1985.Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Antar Kota. __________, 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. Jakarta. __________, 1985. Inilah Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. __________, 1993. Pembukaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Badudu, J.S. 1994. Tata Bahasa Praktis Indonesia. Jakarta: Bhrata Media. Char, Abdul. 1989. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores: Nusa Indah. Keraf, Gorys. 1992. Tanya Jawab Ejaan Bahasa Indonesia Untuk Umum. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1979. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan.

Total Tayangan Halaman

SILAHKAN MAINKAN

NARUTO

REOG PONOROGO

REOG PONOROGO

REOG PONOROGO

REOG PONOROGO